
Di tengah riuhnya dunia yang makin digital, tak semua pelaku usaha siap berlari. Bagi sebagian, perubahan bukan hanya tentang tren—tapi soal bertahan. Seperti yang dirasakan oleh Yamaha Harapan Terang Motor, dealer motor yang berdiri sejak belasan tahun lalu di sudut Malinau Kota, yang kini perlahan belajar mengikuti arus.
Dulu, pelanggan datang membawa uang tunai dalam amplop cokelat. Pegawai menghitungnya satu per satu dengan teliti. Semua terasa akrab, hangat, dan manusiawi. Tapi zaman berubah, dan dealer ini pun mulai belajar berjalan di dunia baru—dunia yang serba cepat dan tak menunggu siapa pun.
April ini, langkah kecil diambil: pembayaran motor kini bisa dilakukan lewat QRIS BRI. Satu kode sederhana, yang mewakili harapan besar agar Harapan Terang Motor tak tertinggal.
“Awalnya kami takut. Takut pelanggan bingung, takut sistemnya ribet, takut kehilangan rasa yang dulu,” kata Koko Ahok, suara pelan namun mantap. “Tapi kami juga sadar, kalau tidak berubah, kami bisa hilang pelan-pelan.”
QRIS BRI hadir bukan sekadar alat bayar. Ia menjadi jembatan, agar usaha kecil ini bisa terus hidup. Pelanggan kini cukup scan kode QR, dan motor impian bisa dibayar dalam hitungan detik. Tidak perlu lagi membawa uang tunai, tidak ada lagi risiko kehilangan, tidak perlu menunggu lama.
Bagi sebagian orang, ini mungkin hal biasa. Tapi bagi Harapan Terang Motor, ini sejarah. Sejarah kecil yang penuh keberanian.
“Bukan hanya tentang motor,” lanjutnya, “ini tentang menjaga kepercayaan orang-orang yang masih memilih kami, walau sekarang semua bisa dibeli lewat ponsel.”
Yamaha Harapan Terang Motor tahu mereka bukan yang tercepat, bukan pula yang paling besar. Tapi mereka ingin tetap ada—untuk pelanggan lama yang datang dengan cerita, dan untuk pelanggan baru yang hidup di dunia serba digital.
QRIS BRI adalah harapan. Satu langkah kecil untuk dealer kecil. Tapi dalam langkah kecil itu, ada tekad besar: untuk tidak menyerah, untuk tetap menyala, meski perlahan. (*/hai)