
Di sebuah sudut Desa Long Loreh, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, aroma kopi panas bercampur dengan tawa pelanggan yang akrab. Di balik meja kayu sederhana, Yanti (34) tersenyum sembari mengarahkan kamera ponselnya ke stiker kecil di dekat etalase: QRIS BRI.
“Satu cappuccino, bayar pakai QR ya, Mbak!” seru seorang pelanggan muda.
HADI ARIS ISKANDAR, Malinau
Bagi Yanti, itu bukan lagi hal baru. Tapi jika ditarik ke beberapa bulan lalu, ia bahkan belum tahu apa itu QRIS.
“Awalnya saya pikir, ‘ah ribet’. Tapi pas didampingi petugas BRI, ternyata gampang banget. Malah bikin warung saya makin rame,” katanya sembari mengaduk kopi.
Yanti adalah satu dari jutaan pelaku UMKM yang kini mulai menapaki dunia digital berkat QRIS BRI. Sebuah solusi pembayaran digital yang disederhanakan, aman, dan bisa digunakan di seluruh Indonesia. Tapi untuk Yanti, QRIS bukan sekadar alat bayar. Ia adalah jembatan. Sebuah jalan yang menghubungkannya ke dunia baru yang dulu terasa jauh.
“Dulu saya cuma punya catatan jualan di kertas. Kalau lupa nyatet, ya sudah. Kadang uang masuk dan keluar nggak jelas,” kenangnya.
Saat BRI datang ke desanya untuk sosialisasi penggunaan QRIS, Yanti masih ragu. Tapi ia memberanikan diri ikut pelatihan kecil yang diadakan di balai desa. Di situ ia melihat bagaimana warung seperti miliknya bisa lebih tertata dan profesional. Ia pun mendaftar, dan hanya dalam beberapa hari, QRIS BRI sudah terpampang di meja kasirnya.
Tak disangka, pelanggannya justru menyambut dengan antusias. Terutama anak-anak muda dan para pekerja kantoran yang sudah terbiasa dengan pembayaran digital.
Omzet Yanti perlahan meningkat. “Sekarang saya bisa tahu berapa yang masuk tiap hari, karena semuanya tercatat di aplikasi BRImo. Bahkan saya jadi bisa nabung,” katanya bangga.
Yang lebih membahagiakan, Yanti kini merasa setara. Ia tidak merasa “tertinggal” dari toko-toko besar yang lebih dulu digital. “Saya ini cuma warung kecil. Tapi sekarang, bisa bersaing juga. Pelanggan bilang, warung saya jadi terasa ‘modern’,” ujarnya sambil tertawa.
QRIS BRI hanyalah salah satu bagian dari langkah besar yang diambil Bank Rakyat Indonesia untuk mendorong inklusi keuangan. Dengan jaringan hingga ke pelosok negeri, BRI tak hanya membawa layanan perbankan, tapi juga membangun kepercayaan bahwa setiap orang bisa tumbuh bersama teknologi.
Di desa-desa terpencil di Malinau, lewat agen BRILink dan pendampingan langsung, BRI mengubah cara masyarakat bertransaksi, menabung, dan bermimpi. Sebab bagi BRI, transformasi digital bukan hanya soal teknologi, tapi tentang memberi makna yang lebih dalam bagi hidup setiap orang.
Kini, setiap kali Yanti melihat pelanggan men-scan QRIS BRI di warungnya, ia tahu, ini bukan hanya tentang pembayaran. Ini tentang perubahan. Tentang keberanian melangkah. Tentang masa depan yang lebih terang.
Dan dari warung kecil, langkah BRILian itu terus menyala menjadi bagian dari cerita besar di kabupaten perbatasan Indonesia – Malaysia. (*)