BISNISNASIONAL

Mengenal Sosok Mahdalina, Perempuan Tangguh yang Memulai Usaha dari Nol

Dari Usaha Sembako, Kini Miliki Kekayaan Lebih dari Rp 1 Miliar


Di sebuah sudut RT 19 di kawasan BDMS, berdiri toko sembako sederhana yang menjadi saksi perjalanan hidup Mahdalina, seorang perempuan tangguh yang memulai usaha dari nol. Dari sebuah toko kecil dengan modal awal Rp20 juta, kini Mardalina telah memiliki kekayaan lebih dari Rp 1 miliar, yang tersebar dalam berbagai aset dan usaha.

HADI ARIS ISKANDAR, Malinau

TAHUN 2012, menjadi awal Mahdalina memulai usaha sembako bersama suaminya. Modal awal sebesar Rp20 juta diperoleh dari hasil bertani di kampung halaman mereka.
Awalnya, toko mereka hanya menjual enam jenis barang sembako. Pendapatan harian masih jauh dari stabil.

“Setiap hari saya buka, meskipun pembeli sedikit. Saya yakin kalau tekun, hasilnya pasti akan datang,” ujarnya.

Tiga tahun menjalankan usaha secara mandiri, Mahdalina mulai berpikir untuk mengembangkan bisnis. Pada 2015, ia mengenal program pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang diperkenalkan oleh seorang teman.

Pinjaman pertama sebesar Rp 50 juta ia gunakan untuk menambah stok barang dan memperbaiki toko agar lebih nyaman bagi pelanggan.

“Pinjaman dari BRI sangat membantu. Saya juga diajak mengikuti pelatihan tentang manajemen keuangan dan strategi pemasaran,” jelasnya.

Selain dana pinjaman, BRI juga memberikan dukungan melalui program BRILink yang memperkenalkan Mardalina pada digitalisasi usaha. “Dukungan ini membuat saya lebih paham cara mengelola keuangan dan melayani pelanggan dengan lebih baik,” tambahnya.

Dengan tambahan modal dan ilmu, usaha Mardalina berkembang pesat. Dalam waktu tiga tahun, ia berhasil membuka usaha baru, seperti pencucian motor, serta membeli beberapa unit kontrakan yang kini disewakan.
“Kami memutar hasil usaha sembako ke bidang lain. Sekarang saya memiliki rumah yang disewakan dan beberapa lahan tanah kosong untuk investasi,” ujarnya.

Seperti pengusaha lainnya, Mahdalina merasakan dampak pandemi Covid-19. Pendapatan toko menurun drastis akibat pembatasan jam operasional.

“Biasanya toko buka sampai subuh, tapi saat pandemi hanya sampai jam 10 malam. Pembeli berkurang, tapi alhamdulillah kami punya simpanan untuk bertahan,” katanya.

Mahdalina meyakini bahwa kunci suksesnya adalah kerja keras, doa dan manajemen keuangan yang baik. “Saya tidak pernah malas. Setiap hari buka toko, melayani pelanggan dengan ramah, dan memastikan stok barang selalu tersedia,” ungkapnya.

Selain itu, ia percaya pada kekuatan sedekah dan doa. “Setiap ada rezeki lebih, saya selalu berbagi. Saya yakin, rezeki yang dibarengi doa dan sedekah akan membawa berkah,” tambahnya.

Bagi mereka yang ingin memulai usaha dari nol, Mahdalina berpesan, “Jangan takut memulai meskipun dengan modal kecil. Tekun, sabar, dan manfaatkan setiap kesempatan untuk belajar. Kalau ada program pinjaman seperti di BRI, jangan ragu untuk memanfaatkannya.”

Kini, Mahdalina terus berencana mengembangkan usahanya. Ia bermimpi membuka toko sembako baru di lokasi yang lebih strategis dan menambah unit kontrakan. “Selama ada kesempatan, saya akan terus berkembang. Ini baru permulaan,” katanya penuh semangat.

Kisah Mahdalina adalah bukti bahwa dari modal kecil, dengan kerja keras dan dukungan yang tepat, kesuksesan besar bisa diraih. (***)

Back to top button