Categories: BISNIS

QRIS BRI Menyatukan Transaksi di Perbatasan

MALINAU – Di tengah hijaunya pegunungan dan sunyinya jalur-jalur perbatasan Indonesia-Malaysia, geliat perubahan mulai terasa dalam cara masyarakat bertransaksi. Jika dulu uang tunai dan mata uang asing seperti ringgit Malaysia mendominasi, kini warga di perbatasan mulai akrab dengan sistem pembayaran digital, terutama melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Transformasi ini terjadi bukan tanpa sebab. Dorongan pemerintah untuk memperluas inklusi keuangan hingga pelosok negeri mendapat dukungan kuat dari perbankan nasional, salah satunya BRI. Hasilnya, dalam beberapa tahun terakhir, QRIS BRI menjadi pilihan utama bagi masyarakat perbatasan, termasuk di Kabupaten Malinau yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia.

Di Desa Respen Tubu, salah satu daerah terpencil di Malinau, Tina (32), seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik toko sembako, menjadi contoh nyata bagaimana digitalisasi merambah kehidupan sehari-hari masyarakat.

“Awalnya saya pikir ini cuma buat orang kota. Tapi waktu ada sosialisasi dari petugas BRI dan perangkat desa, saya coba pasang QRIS. Eh, ternyata banyak juga pembeli yang pakai,” ujar Tina saat ditemui di tokonya, sebuah bangunan sederhana berdinding kayu dan beratapkan seng.

Toko Tina tak besar, tapi hampir semua kebutuhan harian tersedia dari beras, telur, hingga mi instan dan sabun mandi. Letaknya yang berada di jalur strategis membuat tokonya ramai dikunjungi, tak hanya oleh warga lokal, tapi juga mereka yang datang dari desa-desa sekitar atau bahkan pelintas batas.

Tina bercerita bahwa sejak menggunakan QRIS, ia merasa lebih tenang dalam bertransaksi. Tak perlu lagi repot menyiapkan uang kembalian atau menerima ringgit yang nilainya bisa berubah-ubah.

“Kalau ada yang beli pakai BRImo atau dompet digital lainnya, tinggal scan saja. Uangnya langsung masuk ke rekening. Saya bisa pantau setiap hari,” katanya sambil menunjukkan ponsel miliknya yang kini tak lepas dari genggaman.

Fenomena ini bukan hanya terjadi di toko Tina. Di pusat kota Malinau dan daerah-daerah perbatasan lainnya, penggunaan QRIS BRI meningkat signifikan. Menurut data dari BRI Cabang Tarakan, jumlah pelaku UMKM yang menjadi merchant QRIS meningkat lebih dari 70 persen sepanjang tahun 2024.

Kepala BRI Tarakan, Arief menjelaskan bahwa pihaknya gencar melakukan edukasi dan pendampingan bagi masyarakat agar lebih familiar dengan sistem pembayaran digital. Termasuk menyasar desa-desa perbatasan yang dulunya sulit dijangkau.

“Kami melihat potensi luar biasa di wilayah perbatasan. Dulu memang infrastruktur terbatas, tapi dengan adanya penguatan jaringan internet dan kehadiran agen BRILink, masyarakat bisa mulai merasakan manfaat layanan keuangan digital,” ujar Arief.

Ia menambahkan bahwa kehadiran QRIS juga menjadi cara strategis untuk menekan dominasi transaksi lintas negara yang sering kali tidak tercatat secara resmi. Warga yang sebelumnya lebih memilih berbelanja di wilayah Malaysia, kini mulai beralih ke pasar lokal karena transaksi jadi lebih mudah, cepat, dan aman.

Tak hanya sektor perdagangan, layanan jasa seperti ojek motor, penginapan lokal, bahkan penjual makanan keliling pun kini mulai menggunakan QRIS. Salah satu tukang ojek, Pak Yusuf (44), mengaku bahwa kini lebih sering dibayar secara digital.

“Anak-anak muda sekarang maunya praktis. Mereka nggak mau ribet cari uang tunai. Jadi saya juga pasang QRIS. Lumayan, hasil ojek langsung masuk rekening,” katanya sambil menunjukkan jaket lusuh yang di bagian dadanya tertempel stiker QRIS BRI.

Bagi pemerintah daerah, perubahan ini merupakan langkah maju dalam upaya memperkuat ekonomi lokal dan mewujudkan kedaulatan ekonomi di kawasan perbatasan.

“Dengan digitalisasi transaksi, kita tidak hanya membangun sistem yang efisien, tapi juga memperkuat identitas ekonomi nasional di wilayah perbatasan. Warga tidak lagi tergantung pada ringgit atau sistem keuangan asing,” kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM, Muhamad Kadri, S.Sos., M.Si.

Pemerintah daerah pun menggandeng bank-bank seperti BRI untuk memperluas jaringan dan memperkuat pendampingan terhadap pelaku usaha mikro dan kecil agar bisa terus berkembang.

Bagi Tina dan pelaku UMKM lainnya, perubahan ini adalah harapan baru. Harapan bahwa meski berada di ujung negeri, mereka tetap menjadi bagian dari arus utama pertumbuhan ekonomi nasional. Di balik kesederhanaan warungnya, Tina kini bisa tersenyum karena transaksi digital telah membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah. (*/hai)

Wira

Share
Published by
Wira

Recent Posts

HUT Bhayangkara Ke-79, Gubernur Harapkan Sinergitas

TANJUNG SELOR – Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr. H. Zainal A. Paliwang, S.H., M.Hum mengikuti…

1 jam ago

Gubernur Apresiasi Pengabdian Amiek Mulandari sebagai Kajati Kaltara

TANJUNG SELOR – Gubernur Kalimantan Utara, Dr H Zainal A. Paliwang, SH., M.Hum mengapresiasi pengabdian…

1 jam ago

Gubernur Instruksikan Perangkat Daerah Kreatif Cari Anggaran di Pusat

TANJUNG SELOR – Mengakhiri semester pertama di tahun 2025, Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr. H.…

1 hari ago

Harganas Ke-32, Bustan Ajak ASN Jadikan Keluarga Sebagai Fondasi Pembangunan Bangsa

TANJUNG SELOR – Pj. Sekretaris Provinsi (Sekprov), Dr. Bustan, S.E., M.Si memimpin apel memperingati 'Hari…

1 hari ago

Pemprov Kaltara Raih Predikat “AA” Istimewa Indeks Reformasi Hukum

TANJUNG SELOR – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) berhasil menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih nilai Indeks…

1 hari ago

Tingkatkan Literasi, Gubernur Dorong Inovasi Digital Perpustakaan

TANJUNG SELOR - Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Dr. H. Zainal A. Paliwang, S.H., M.Hum., membuka…

5 hari ago